Baca Sama Dengan Makan

https://travelingyuk.com/kafe-perpustakaan-di-bandung/133465

Pada masa lalu, tak jarang orang tampak sedang makan di meja makan sembari baca koran, majalah atau buku yang diletakkan di sebelah kana atau kiri piring. Kini lebih banyak yang sambil menatap layar gadget mereka.

Sebenarnya orang suka membaca apa saja, termasuk membaca status dan komentar di medsos. Namun kadang orang agak lupa bahwa membaca itu seperti makan. Maka makin bersih, sehat dan bergizi asupan makanan, semakin baik untuk tubuh. “Membaca buku-buku yang baik berarti memberi makanan rohani yang baik.” (Buya Hamka).

Bayangkan jika kamu disuruh makan dengan ikan dan sayur yang sudah basi atau ikan yang mulai berbau busuk. Menurut ilmu Kesehatan yang saya baca, makan tidak sehat adalah salah satu faktor risiko utama untuk berbagai penyakit kronis, termasuk penyakit jantung, kanker, diabetes, dan kondisi kesehatan yang lainnya.

Demikian pula informasi, konten buku, koran, majalah, atau bahkan tulisan opini netizen yang kalian baca adalah asupan untuk nalar kita. Jika kamu lebih sering membaca hoax, tulisan provokatif atau analisis yang dangkal tanpa basis keilmuan yang kokoh, apa yang kalian peroleh bagi kesehatan otakmu?

Kalian mungkin belum bisa mengukur seberapa baik suatu konten. Tetapi kamu bisa mulai meningkatkan mutu nalar dengan membaca lebih banyak buku, yang bermanfaat dari segi keilmuan, wawasan dan melatih daya nalar kita.

Kalian juga harus mulai waspada. Jika ada satu golongan yang sedikit-sedikit melarang membaca buku yang tak sesuai dengan pendapat mereka. Itu tanda-tanda indoktrinasi yang akan menyempitkan wawasan dan menjadikan kalian sebagai pribadi yang kaku, tegang, mudah menyalahkan, tidak kritis, mudah marah dan ngamuk.

Ilmu dan pengetahuan itu luas sekali. Banyak membaca akan memperluas wawasan, menjadikan kalian lebih smart, tidak mudah dibohongi oleh hoax, tidak mudah diprovokasi dan lebih mudah memahami informasi secara kritis.

Menyikapinya dengan cara yang lebih "smart, flexible, and cool." Sebab, semakin banyak wawasan dan ilmu pengetahuan, maka semakin terbuka pikiran. Saya analogikan pikiran itu seperti parasut, ia akan berguna ketika terbuka dan terkembang.

Selain itu, banyak membaca akan meningkatkan kualitas tulisan. Jika kalian tidak suka menulis, maka sejarah tidak akan kenal pada kalian. Seperti kata Pramoedya Ananta Toer seorang penulis buku Bumi Manusia, Anak Sebuah Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca. “Menulislah, karena tanpa menulis engkau akan hilang dari pusaran sejarah.”

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak