Dua
kata (cinta dan benci) ini sangat dikenal oleh orang, tapi banyak orang tak
memahami akan kedalaman esensi cinta itu sendiri. Menukil dari maxmanroe.com dijelaskan
bahwa cinta adalah suatu emosi atau perasaan positif (kebaikan, belas kasih,
kasih sayang) yang terdapat di dalam diri manusia ditujukan kepada manusia lain,
dan objek lain yang ada disekitarnya.
Pendapat
lain mengatakan, cinta adalah suatu aktivitas manusia terhadap objek lain di
sekitarnya, yang dilakukan dalam bentuk empati, kasih sayang, perhatian
membatu, pengorbanan diri, dan memenuhi permintaan objek tersebut. Banyak ahli
mengatakan bahwa cinta sulit untuk dijelaskan secara tuntas, karena lebih
berhubungan dengan emosi manusia, bukan dengan logika.
Oleh
karena itu, setiap orang dapat memberikan konsep tentang cinta sesuai dengan
keadaan emosi di dalam dirinya. Emosi cinta, apa yang dirasakan dan bentuknya
seperti apakah cinta itu. sebenarnya cinta adalah perasaan senang dan ingin
disenangkan campur baur dengan perasaan memiliki dan ingin dimiliki.
Hal
apa saja yang membuat manusia senang dan ingin dimilikinya, salah satunya yaitu
harta, anak, wanita, kekuasaan. Seperti firman Allah yang artinya: “Dijadikan
indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS: Al-Imran 14).
Begitupun
kekuasaan banyak dicari karena dengan “kekuasaan” kita bisa mengendalikan
menguasai siapapun atau apapun. Kekuasaan di keluarga misalnya, kitalah yang harus
dihargai, dihormati atau dipuja, jadi ada kesenangan dibalik kekuasaan itu.
Oleh sebab itu, maka kekuasaan begitu dicintai manusia. bila tidak dapat maka
timbulah rasa benci.
Menurut
Buya Hamka, hakikat cinta merupakan perasaan yang mesti terdapat pada tiap
manusia. Dia laksana setetes embun yang turun dari langit, bersih, serta suci.
Hanya tanahnya lah yang berlainan menerimanya. Bila dia jatuh ke tanah yang
tandus, tumbuhlah sebab embun itu kedurjanaan, kedustaan, penipu, serta masalah
tercela yang lain.
Namun,
bila dia jatuh ke tanah yang produktif, di situ hendak berkembang kesucian
hati, keikhlasan, setia, budi pekerti yang besar, serta lain- lain yang
terpuji. Berbeda dengan tokoh sufi dan filsuf terdahulu sebagian yang hanya
membahas cinta yang bersifat transendental, dan Rabi’ah Al-Adawiyah sendiri
yang mengatakan bahwasanya cinta terhadap sesama makhluk hidup itu dilarang.
Di
lain sisi, Imam Al-Ghazali menjelaskan tentang cinta, dibagi menjadi empat.
Pertama, Cinta sebab aspek internal, maksudnya cinta yang bersumber pada
kesempurnaan raga, etika, kecerdasan serta yang lain. Kedua, Cinta sebab harta
(kepentingan duniawi), seorang yang mencapai cinta bukan atas bawah ketulusan
melainkan sebab alibi lain seperti harta, peran serta yang lain.
Ketiga,
Cinta sebab Allah SWT (ukhrawi), yang maksudnya ikatan cinta kasih yang
dibentuk tidak cuma bersumber pada tampilan raga yang rupawan, tetapi pula demi
kepentingan akhirat. Keempat, Cinta serta karena Allah SWT (lillah serta
fillah). Bagian inilah yang paling tinggi, yang maksudnya cinta yang
sekadar kerena Allah SWT.
Sangat
berbeda dengan pendapat yang diutarakan oleh Empedokles, bahwa menarangkan ada
2 faktor yang mengendalikan perubahan-perubahan yang terjalin di alam semesta
ini, ialah: cinta serta benci. Cinta mengendalikan ke arah perekatan
(penggabungan), sebaliknya benci mengendalikan kepada perceraian serta
pergantian.
Kedua
faktor itu dapat menyerap ke mana saja. Proses penggabungan serta perceraian
ini terjalin terus menerus, tiada henti. Maksudnya dalam kejadian di alam
semesta ini, kedua faktor tersebut senantiasa menyertai. Dan penggabungan serta
perceraian tersebut berlaku buat melahirkan makhluk-makhluk hidup.
Lalu
di mana posisi cinta itu sendiri? Cinta dimasa Empedokles belum memiliki makna
tersendiri. Empedokles menjelaskan bahwa cinta itu bukan suatu zat sendiri,
bukan seperti air, api, tanah dan udara. Cinta disini merupakan sebuah faktor
perekat atau penghubung di dalam keempat unsur tersebut. Dan unsur-unsur ini
(air, api, tanah dan udara) akan menjalin hubungan dengan baik (harmoni)
apabila di dalamnya ada kekuatan cinta. Dan keempat unsur ini juga akan menjadi
hancur, apabila didalamnya terdapat unsur benci.