Ngobrol seputar ilmu bersama Gus Rayhan.
Seiring berjalan waktu dan masih bisa merasakan angin seger di Pandaan yang begitu sejuk, sepanjang jalan lihat kanan kiri ternyata banyak orang joging atau lari santai di sore hari. Saat itu ada warung kopi yang bangunannya sederhana, sambil ngobrol lalu canda sampai waktu selesai adzan magrib.
Kami melanjutkan perjalan ke Prigen. Dalam perjalanan menuju Prigen yang tempatnya di daerah penggunungan dan ketika itu cuaca kurang mendukung (hujan). Lalu ada sebuah masjid yang cukup megah bangunannya sembari menunggu hujan reda, kami melaksanakan kewajiban yaitu ibadah.
Setelah sampai di Prigen ada pedagang kaki lima yang panjang deretannya sekitaran 50 meter dan di situ sangat rame orang yang beli-beli, entah orang datang dari Surabaya atau sekitarnya. Kalau saya lihat di Youtube atau MedSos (Media Sosial) tempatnya itu seperti di daerah Bogor atau Jogja. Meskipun saya tidak pernah sampai di daerah yang dua itu (Bogor dan Jogja) setidaknya tau suasananya, tapi masih ada di dunia ide.
Selain itu, juga dapat ilmu tentang adab dari Gus Rayhan. Ketika itu saya hendak beli terang bulan di Prigen, setelah dikasih lihat harganya sama orang yang jualan, ternyata sangat lah mahal harganya Rp. 60. 000 ke atas. Saya sama Sahabat Zayyil kaget langsung melihat harganya itu, tidak seharga terang bulan biasanya yang harganya Rp. 15.000.
Saya dan Sahabat Zayyil sempat kebingungan, apakah mau dibeli atau tidak. Melihat uang sudah mulai tidak memadai untuk balik ke PP. Nurul Jadid. Pada akhirnya Gus Rayhan paham dan langsung bilang kepada tukang jualnya. Karena Gus yang berasal dari Banyuwangi ini menggunakan bahasa Jawa kepada si penjual, sedangkan saya tidak begitu ngerti bahasa Jawa.
Oleh karena itu, terang bulan yang hendak dibeli "tidak jadi atau gagal untuk dibeli" dan setelah itu Gus bilang keoada kami bahwa kalau tidak mau dibeli tadi itu "Tolak lah secara halus, jangan sampai orang itu (si penjual) tersakiti," tegas beliau kepada kami.