Istimewa
Semenjak aku menjadi mahasiswa kupu-kupu hingga sekarang dan tidak ada kontribusinya sama sekali terhadap lingkungan sekitar, dengan keadaan ketidakjelasan ini, sehjngga aku dituntut oleh diri sendiri untuk mengenal satu kata, yaitu Gender.
Sebelum mengenal lebih jauh, aku membuka pintunya dengan membeli coretan-coretan emas, yang berisi satu kata tersebut. Di sisi lain, Filsuf Gramsci pernah berdawuh disaat ngopi bareng, bahwa berdiskusi bersama kaum-kaum "Intelektual Organik" akan membangkitkan daya nalar kritis orang lain, untuk mengungkap sebuah kebenaran dan menguak tabir kebohongan.
Berkumpul dengan para-para birokrat "Intelektual Tradisional" yang hanya orang memiliki gelar akademik dan mendistribusikan pengetahuannya diruang kelas, seperti pengalaman atau yang dijalani dalam kehidupan aku ini, tanpa disadari oleh orang banyak. Terus, aku ditanya sama Sahabat Paulo Freire, apa bedanya dengan bank (Pendidikan Gaya Bank)? Kan kamu sudah mengetahuinya.
Kembali kepada satu kata tadi, ternyata hasil coretan emas itu memberikan pencerahan kepada aku terutama tentang Keseteraan Gender, antara laki-laki dan perempuan. Banyak sekali problem-problemnya, ada yang memperjuangkan haknya, budaya patriarki yang masih sangat melakat di masyarakat, dan lain sebagainya.
Apalagi di negara aku ini, yang masih banyak kaum-kaum patriarkisme (sistem patriarki), diantaranya tidak boleh berorganisasi, mempersatukan diri di dalam sebuah komunitas, bahkan di larang memiliki pendidikan. Karena dianggap tidak memiliki potensi dan kecerdasan, sehingga akan sulit memahami pendidikan dan pengetahuan yang lebih luas.
Orang yang berpendidikan saja, masih mempromisikan sistem patriarki. Kenapa itu terjadi? Manusia sungguh tidak lepas dari "salah dan lupa". Akan tetapi, dengan pendidikan ia harus mengikisnya. Barangkali benar, lagu artis Slank yang dirilis pada tahun 1997 berjudul "Tong Kosong". Artinya punya otak tapi tidak difungsikan dengan baik (positif).
Poin X nya, jika aku boleh meminjam pedoman emas yang berasal dari Madura "Ngakan Petobuk Ajer Pekorang" . Merasa puas lah dalam mengonsumsi makanan. Tapi, merasa kurang lah belajar, agar aku terus dan terus mempelajarinya.